Kediri (tahukediri.id) – Harga daging ayam di Kediri terpantau masih tinggi di kisaran Rp35 – 36 ribu. Hal ini membuat sejumlah pedangang kaki lima (PKL) ayam goreng cukup menjerit karena harus bertahan dengan untung menipis.
Di antaranya adalah Muhsin, PKL Ayam Kentucky di Tulungrejo, Pare Kediri. Ia hanya bisa pasrah terhadap tingginya bahan pokok seperti daging ayam dan minyak goreng yang menjadi bahan utama untuk jualannya.
“Ayam mahal, ya nipis mbak, cuma ya mau gimana lagi, kalau dinaikin nanti pelanggan pindah ke A lagi gitu. Kan soalnya kalau ayam kaya gini kan bisa naik turun, nanti kalau turun kan saya nggak nurunin kan gitu, cuma kalau naik ya tetep bertahan itu, cuma kalau menipis itu cukup buat makan,” terangnya pada reporter tahukediri.id, pada Jumat (26/9/2025).
Muhsin melanjutkan, jika biasanya ia membeli hingga 5kg daging ayam, sekarang hanya mampu menghabiskan 2-3 kg saja. Selain harga ayam, harga minyak goreng yang naik juga menjadi keresahan tersendiri baginya.
“Itu minyak goreng sekarang Rp19 ribu mbak, kapan itu masih bisa Rp17,5 ribu masih ada sisa buat anak sekolah gitu,” ujarnya.
Efek mahalnya daging ayam juga dirasa oleh Wahyu (32) pedagang kaki lima Ayam Krispy dan Jamur Krispy di Kampung Inggris, Pare, ia terpaksa menerima keadaan dengan untung menipis dibanding harus menaikkan harga dagangannya juga.
“Masih ada untung tapi menipis mbak, sekarang katakanlah Rp36 ribu naik Rp6 ribu kalau kali 5 sudah Rp30 ribu sedangkan kalau kentucky seperti ini, itu kan menipis, minyaknya sudah habis banyak, tepungnya habis banyak, kalahnya disitu,” ujarnya.
Sebagai pedagang kaki lima, baik Muhsin maupun Wahyu berharap kondisi ini bisa stabil lagi seperti semula dimana harga ayam berkisar Rp28 ribu hingga Rp30 ribu, begitu juga dengan minyak goreng bisa turun harga.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih menyebutkan, tingginya harga daging ayam dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat yang terjadi sejak bulan Agustus akibat agustusan, hingga bulan September yang bertepatan dengan momen Maulid Nabi.
“Itu ada masa panen yang agak mundur memang. Ini efek dari 3 atau 4 bulan yang lalu pada saat harga ayam hidup itu turun, dan teman-teman peternak menahan, tidak segera panen. Akhirnya ada masa panen yang mundur 1 bulan, 1,5 bulan. Dampaknya begitu ada kenaikan permintaan, sementara ketersediaan di pasokan, di produsen itu berkurang, otomatis menaikkan harga,” terangnya.
Selain itu, lanjutnya yang membuat harga ayam naik juga karena berkurangnya supply dari peternak broiler.
Sementara untuk harga minya goreng selain Minyak Kita di pasaran memang lebih tinggi yakni berkisar antara Rp18-19 ribu bahkan lebih.
“Minyak Kita memang kadang pedagng menjual sedikit diatas HET. Tapi tidak yang mahal banget seperti ada kelangkaan. Monev kami kisaran Rp16 ribu – Rp17 ribu/liter. Dan stok di pedagang juga ada,” tegasnya.
Namun pihanya memastikan stok daging ayam maupun minyak goreng di Kabupaten Kediri masih aman, meski kebutuhan juga sedang tinggi.
“Dari pantauan kami masih aman mbak. Memang kebutuhan lagi tinggi juga,” tandasnya. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti