Kediri (tahukediri.id) – Lima bulan sejak diluncurkan, Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di Kota Kediri telah menjangkau 13,27 persen dari total sasaran 267.000 warga. Angka ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, dr Moh. Fajri Mubasysyir, Senin (11/8/2025). Ia optimistis target 50 persen atau lebih tinggi dari capaian yang ditetapkan Provinsi Jawa Timur dapat diraih.
“Program ini sebelumnya menyasar masyarakat umum, tapi mulai Bulan Agustus ini kita mulai menyasar semua anak sekolah yang bersekolah di Kota Kediri. Saya yakin angkanya bisa meningkat drastis, karena semua siswa kita periksa mulai SD sampai SMA,” terangnya.
Program PKG yang mulai berjalan Februari 2025 ini memberikan layanan berbeda sesuai kelompok usia. Untuk bayi, pemeriksaan meliputi hormon, enzim, dan deteksi dini kelainan. Balita pra-sekolah mendapatkan pengecekan tumbuh kembang, pendengaran, penglihatan, dan kesehatan gigi.
Anak usia sekolah menjalani tes kebugaran, pemeriksaan telinga, mata, gigi, kesehatan mental, status gizi, tekanan darah, kesehatan reproduksi, hingga thalasemia. Sementara untuk warga dewasa dan lansia, layanan meliputi pengecekan tekanan darah, kesehatan telinga, mata, gigi, paru-paru, gula darah, fungsi ginjal, hepatitis, kesehatan jiwa, serta risiko kanker payudara dan leher rahim.
“Sementara ini PKG hanya dilakukan di Puskesmas dengan cukup membawa KTP, akan tetapi ke depan tidak menutup kemungkinan dilakukan di klinik swasta tergantung dari arahan atau kebijakan Pemerintah Pusat,” ucapnya.
Agar target dapat tercapai, Dinas Kesehatan memperluas sasaran penerima manfaat. Jika awalnya PKG hanya diberikan saat ulang tahun sebagai bentuk hadiah dari Presiden, kini layanan dapat diakses kapan saja tanpa biaya di fasilitas kesehatan terdekat.
“Dari awal sejak PKG digulirkan berupa cek kesehatan pada saat ulang tahun, kemudian karena hampir seluruh kota di Indonesia tidak mencapai target, maka PKG tidak hanya berdasarkan ulang tahun saja tapi kapan pun bisa dilakukan,” jelasnya.
Kebijakan ini berhasil menaikkan capaian dari 8 persen menjadi 13,27 persen. Sosialisasi juga digencarkan lewat kader kesehatan untuk mengajak masyarakat memanfaatkan layanan. Namun, dr Fajri mengakui masih ada kendala, salah satunya warga yang enggan melakukan pemeriksaan karena takut mengetahui kondisi kesehatannya.
“Kami terus sounding ke masyarakat agar melakukan pemeriksaan karena kalau gejala suatu penyakit belum muncul kita bisa lakukan edukasi agar penyakit tidak datang. Ke depan kami juga ada rencana untuk jemput bola ke instansi-instansi untuk melakukan PKG,” ucapnya.
Ia menegaskan sarana dan prasarana penunjang telah siap, sehingga masyarakat diharapkan tidak lagi ragu memanfaatkan layanan ini. ***