Kediri (tahukediri.id) – Di tengah geliat wisata modern yang kian marak, Goa Surowono di Desa Canggu, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, justru menghadapi tantangan berat pasca pandemi. Tempat yang dahulu ramai pengunjung, kini tampak lengang dan seolah tertinggal oleh zaman. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, Goa Surowono dikenal sebagai salah satu destinasi favorit masyarakat Kediri dan sekitarnya.
“Kalau wisatawan sekarang tidak mbak, kalau dulu sebelum corona bisa dikatakan banyak, untuk kabupaten Kediri dikenal lah, dikatakan sudah masuk kelas kabupaten lah tapi setelah corona itu habis gitu aja,” ungkap Samsul, pria berusia 69 tahun yang dikenal sebagai perawat Goa Surowono.
Dulunya, Goa Surowono menjadi magnet wisata yang mampu menarik ratusan pengunjung setiap akhir pekan. Aktivitas susur goa, yang terbagi menjadi empat jalur utama, menjadi daya tarik tersendiri. Ditambah lagi wahana permainan seperti flying fox yang menjadi favorit anak-anak hingga dewasa. Tak hanya menyuguhkan pengalaman unik, keberadaan goa ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi warga setempat.
“Kesejahteraannya itu sampe mengalir pada dusun peralatan lampu jalanan tempat-tempat ibadah,” terang Samsul kepada reporter tahukediri.id.
Namun semua berubah sejak pandemi melanda. Goa Surowono kini hanya sesekali didatangi 1–2 orang yang datang ke mulut goa untuk mandi atau melakukan ritual. Sementara jalur susur goa lainnya sepi tanpa jejak wisatawan. Meski demikian, Samsul tetap setia merawat lokasi ini seorang diri.
“Sekarang yang datang wisata itu belum tentu ada hari-hari lho ya, ya cuma saya rawat sendiri, saya sapu yang notabenenya bukan untuk kepentingan bersama lagi, sebagai syarat soalnya ini peninggalan dari pada mertua saya,” katanya dengan nada tenang.
Goa Surowono memiliki daya tarik unik berupa lorong bawah tanah yang dipenuhi air jernih. Kedalamannya hanya sekitar 60 cm di bagian mulut goa dan 25 cm di dalam lorong, menjadikannya aman untuk dijelajahi. Susunan batu di mulut goa pun tampak rapi alami, menyerupai kolam pemandian alami yang menyegarkan.
Tuti, seorang pengunjung asal Pelem, mengaku rutin mengajak keluarga dan murid-muridnya untuk berkunjung dan mandi di Goa Surowono.
“Saya dua minggu sekali mesti kesini, kalau nggak sama keluarga ya sama murid. Sering saya bawa murid kesini, ya kalau mau mandi ya mandi,” ujarnya.
Di balik sepinya pengunjung, Goa Surowono masih menyimpan nilai sejarah dan kekayaan alam yang layak dipertahankan. Perjuangan Samsul menjaga warisan ini seorang diri menjadi simbol cinta terhadap budaya lokal dan masa lalu yang tak boleh dilupakan. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti