Kediri (tahukediri.id) – Musim giling 2025 menjadi momentum penting bagi Pabrik Gula (PG) Ngadirejo Kediri yang menargetkan penggilingan 10 juta kuintal tebu, mulai 11 Mei 2025 kemarin. Target ini didorong oleh kolaborasi erat antara manajemen PG, petani mitra, dan pemerintah, serta didukung revitalisasi infrastruktur senilai Rp22 miliar. Tebu dari Kediri, Blitar, dan lahan HGU PG akan menjadi sumber utama pasokan produksi.
General Manager PG Ngadirejo, Wayan Mei Purwono, menegaskan tekad perusahaan untuk mencetak sejarah baru. “PG Ngadirejo ingin bercita-cita menggiling tebu 10 juta kuintal. Karena lama, PG Ngadirejo tidak menggiling 10 juta kuintal, terakhir 2016. Mudah-mudahan bahan baku yang kita giling siap. Harapan kami sebagai manajemen mensukseskan giling tahun 2025,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wayan menyatakan peningkatan performa menjadi kunci capaian target. Selain peningkatan infrastruktur pabrik, juga kolabosasi seluruh pihak, termasuk para petani tebu.
“Target kita lebih tinggi. Tidak mungkin melakukan hal yang sama, menghasilkan sesuatu yang berbeda. Kalau performa kita sama tahun kemarin, ya hasilnya tidak akan berbeda dari tahun kemarin. Kita akan membuat sejarah,” tegasnya.
PG Ngadirejo menargetkan produksi gula sebesar 80 ribu ton dengan rendemen di atas 8,12 persen dan laba lebih dari Rp150 miliar. Untuk mendukung hal ini, perusahaan menggandeng petani dari wilayah Kediri, Blitar, serta Malang, dan memodernisasi pabrik peninggalan Belanda.
“Tujuannya untuk meningkatkan performance, kita tahu bahwa pabrik gula ini merupakan peninggalan Belanda, kita harus terus merevitalisasi pabrik gula ini agar tetap performa dan bersaing,” ujar Wayan.
Perwakilan Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR), H. Mujianto, menyampaikan apresiasinya atas kemitraan yang dibangun oleh PG Ngadirejo bersama stakeholder lainnya. Ada sejumlah harapan dari petani terhadap musim giling tahun ini.
“Kami mewakili petani mitra PG Ngadirejo mengucapkan terima kasih kepada PT SGN sampai PG Ngadirejo dengan tema akan beriktiar membangun kemitraan. Tentunya kemitraan ini meliputi berbagai elemen, tidak hanya Pabrik Gula dengan petani, tetapi dengan pemda, aparat keamanan, pemerintah pusat, tokoh masyarakat dan lainnya untuk bersinergi, kerjasama sehingga musim giling 2025 akan lebih baik dibanding sebelumnya,” jelas Mujianto.
Ia menekankan pentingnya inovasi, kualitas produksi, dan pembayaran tepat waktu sebagai harapan petani. “Insya Allah cita-citanya akan memproduksi 10 juta kuintal. Nampaknya cita-cita tersebut, ada tanda-tanda mulai 2024 ada kenaikan signifikan… tinggal yang perlu ditingkatkan kualitas produksi, apakah kristal gula, atau warnanya lebih bagus,” tuturnya.
Dari sisi pemerintah daerah, dukungan juga disampaikan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri. Sinergi dan kolaborasi menjadi kunci utama dari keberhasilan kelak.
“Kabupaten Kediri adalah salah satu sentra produksi tebu di Jawa Timur dan nasional. Di Kediri luas panen pertahun sekitar 22 ribuan hektar, dengan produksi 1,800 juta ton. Mungkin yang terbesar di PG Ngadirejo ini,” kata perwakilan dinas.
Keberhasilan target musim ini juga menjadi langkah awal menuju swasembada gula nasional. “Kami berharap bisa dijaga dan ditingkatkan. Mohon untuk doa restu, target 10 juta kwintal pada tahun ini supaya bisa tercapai. Mungkin tahun 2028 kita dituntut untuk swasembada gula,” ujarnya. ***