Kediri (tahukediri.id) – Di depan RSUD Kilisuci Kota Kediri, aroma bakso bakar menggoda setiap hari sejak pukul 10.00 hingga 22.00 WIB. Itulah gerobak sederhana Agus, warga Kertosono, Kabupaten Nganjuk.
Pria ini setia menjajakan Bakso Bakar Kaltim seharga Rp1.000 per tusuk. Bermodal sepeda motor yang dimodifikasi, payung lebar, dan bara arang, dia telah berjualan sejak 2016 dan melewati masa sulit pandemi, hingga akhirnya mendapat pesanan fantastis 600 ribu tusuk dari Pondok Pesantren Lirboyo.
Awalnya, Agus hanya menjual bakso bakar milik orang lain dari Warujayeng, Nganjuk. Setelah dua tahun belajar, ia memberanikan diri berdagang mandiri pada 2018. Namun ujian datang saat pandemi Covid-19 melanda.
“Sebelum korona, sehari habis 1.000 tusuk. Tetapi saat pandemi sepi sekali. Ada larangan berjualan, saya tetap jualan. Sehari hanya laku 200-300 tusuk,” kenang Agus sambil membolak-balik bakso di atas arang.
Tekadnya untuk menghidupi keluarga membuatnya pantang menyerah. Kesabaran itu berbuah manis saat pandemi mereda. Ponpes Lirboyo Kediri memesan 600 ribu tusuk bakso untuk kebutuhan beberapa bulan.
“Alhamdulillah dapat pesanan lumayan besar. Setiap hari saya bisa habis 1.000-1.200 tusuk karena ada pesanan itu,” ujar bapak keluarga ini dengan mata berbinar.
Meski ada peluang berjualan di Alun-alun Nganjuk sebagai sentra bakso bakar, Agus memilih bertahan di Kediri. “Saya sudah punya pelanggan tetap di sini,” tutur pemilik gerobak bertulis “Bakso Bakar Kaltim” itu.
Rahasia suksesnya sederhana dari Agus, pedagang bakso bakar : ketekunan dan kedisiplinan beribadah. Setiap masuk waktu salat, selalu taat. ***