Kediri (tahukediri.id) – Cerita rakyat dan kearifan lokal Kota Kediri kembali mendapat panggung istimewa melalui gelaran Lomba Bertutur 2025 yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disarpus) Kota Kediri di Kediri Town Square, Sabtu pagi. Ratusan peserta dari berbagai sekolah turut meramaikan ajang ini, menandakan minat yang tinggi terhadap literasi budaya di kalangan generasi muda.
Kepala Disarpus Kota Kediri, Chevy Ning Suyudi, menyampaikan bahwa tahun ini pihaknya tidak hanya menggelar Lomba Bertutur, tetapi juga Lomba Menulis Dongeng bertema kearifan lokal. Antusiasme peserta disebut melonjak tajam. “Untuk lomba menulis dongeng ini baru pertama kali kami lakukan. Peminatnya ternyata cukup besar. Ada sekitar 104 naskah dongeng kearifan lokal Kota Kediri yang masuk dan sudah kami seleksi,” jelasnya.
Sementara itu, Lomba Bertutur telah berlangsung sejak Oktober melalui pengumpulan video oleh para peserta. Dari ratusan peserta yang mendaftar, terpilih 30 finalis yang tampil langsung di panggung utama hari ini. Menurut Chevy, tujuan utama kegiatan ini adalah menguatkan kemampuan literasi sekaligus mendorong anak-anak agar mampu bercerita, baik secara lisan maupun tulisan. “Harapannya, karya adik-adik ini bisa dinikmati dan bermanfaat untuk banyak orang,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Disarpus juga memperkenalkan peran kearsipan yang jarang diketahui publik. Chevy menegaskan bahwa bidang kearsipan kini membuka layanan restorasi dokumen bagi masyarakat, mulai dari akta anak, ijazah, buku nikah, hingga dokumen yang rusak atau lembap. “Selama ini kami merestorasi dokumen kedinasan. Tahun ini kami mulai melayani masyarakat karena banyak dokumen warga yang butuh dipulihkan,” tambahnya.
Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, yang hadir sekaligus membuka kegiatan, menegaskan bahwa pelestarian budaya lokal merupakan keharusan di tengah derasnya arus budaya global. Menurutnya, cerita rakyat bukan sekadar cerita, tetapi sarana menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anak. “Budaya lokal harus kita lestarikan, karena dalam cerita rakyat ada nilai gotong royong, kejujuran, kedisiplinan, cinta tanah air, dan kepedulian terhadap lingkungan,” ujarnya.
Vinanda mengapresiasi para peserta yang membawakan cerita-cerita khas Kota Kediri seperti jaranan, Panji Asmorobangun, dan Cindelaras. Ia mendorong agar anak-anak tidak hanya memahami alur ceritanya, tetapi juga mampu menangkap makna mendalam di baliknya. “Saya berharap kegiatan ini menumbuhkan wawasan budaya serta rasa cinta tanah air pada anak-anak kita,” ungkapnya.
Dengan tingginya minat masyarakat, Lomba Bertutur 2025 menjadi bukti bahwa cerita rakyat Kediri tetap hidup dan dicintai. Pemerintah Kota berharap kegiatan ini terus menjadi ruang kreatif bagi generasi muda untuk menjaga, merawat, dan menghidupkan kembali kisah-kisah lokal yang sarat nilai kearifan.
Reporter: Inggar Tania Laurina

