Kediri (tahukediri.id) – Temuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kediri dalam empat tahun terakhir tercatat berada pada kisaran yang relatif stabil, tahun 2022 terdapat 238 kasus, 2023 ada 287, 2024 turun 2064, dan data hingga 31 November 2026 menunjukkan angka 241 kasus.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri adalah dr. Bambang Triyono Putro, stabilnya angka temuan bukan menandakan penularan yang stagnan, melainkan hasil dari upaya aktif dalam menemukan kasus, melakukan penanganan sesuai standar, serta memutus rantai penularan.
“Prinsip penyakit menular adalah menemukan kasus, menanganinya, ini bagian dari memutus rantai penularan,” katanya, Rabu (3/12).
Pihaknya berkomitmen untuk mengakhiri HIV pada tahun 2030 dengan menjalankan strategi tri zero. Zero pertama adalah tidak ada infeksi baru, yang kedua tidak ada kematian karena HIV, dan yang ketiga, tidak ada stigma diskriminasi.
Pihaknya juga berkolaborasi dengan komunitas yang didalamnya terdapat bagian dari populasi kunci, populasi yang berisiko tertular HIV seperti WPS (wanita pekerja seks) yang berada di eks lokalisasi, lalu ada LSL (Lelaki Seks Lelaki) dari kalangan transgender, intansi terkait seperti Kementerian Agama, Dinas Pendidikan dan mendorong pihak pukesmas untuk menggalakkan informasi terkait HIV AIDS. Selain untuk penemuan kasus juga menghilangkan stigma diskriminasi.
“Ini menjadi tantangan tersendiri. Tidak hanya dari aspek medis, tapi juga aspek sosial. Bagaimana kita meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa HIV tidak menular melalui kontak sosial,” katanya.
Kemudian melakukan skrining HIV untuk ibu hamil agar bayi lahir dalam keadaan sehat dan negatif HIV. “Ibu hamil itu bukan kunci popularitas, tapi itu. Itu bagian dari pemeriksaan kesehatan untuk memutus rantai penularan, sehingga jika ditemukan ibu hamil positif, ia akan mendapatkan pengobatan agar bayi yang dilahirkan juga sehat dan negatif,” imbuhnya.
Lebih lanjut Bambang menjelaskan, saat ini seluruh fasilitas kesehatan di Kabupaten Kediri telah mampu menyediakan layanan tes HIV. Namun, untuk inisiasi pengobatan ARV, layanan hanya tersedia di 21 fasilitas, terdiri dari 18 puskesmas dan 3 rumah sakit. Ke depan, Dinas Kesehatan menargetkan seluruh puskesmas dapat memulai pengobatan secara mandiri.
Tercatat sekitar 1.000 orang saat ini sedang menjalani pengobatan HIV di Kabupaten Kediri, termasuk pasien dari luar daerah yang memilih mengakses layanan di Kediri.
“Kami berharap dalam beberapa bulan ke depan, ya semua puskesmas harus bisa memulai pengobatan,” tandasnya. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti

