Kediri (tahukediri.id) -Yayasan Taman Pendidikan Rahmat Kota Kediri menunda pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Bukanlah bentuk penolakan terhadap kebijakan Presiden Prabowo Subianto, pihak yayasan menilai program tersebut sangat baik, namun membutuhkan penyesuaian matang agar tidak mengganggu sistem pendidikan yang telah berjalan lama.
Humas Taman Pendidikan Rahmat, Johan, menjelaskan bahwa lembaganya sudah lebih dulu memiliki program mandiri bernama Pendidikan Makan, sebuah konsep yang mengintegrasikan pemberian makan ke dalam proses belajar bagi siswa Playgroup hingga SMP.
“Kami tidak bermaksud menolak program Pak Presiden Prabowo karena sebenarnya program itu bagus. Kami hanya berusaha mensinkronkan, mengkonsultasikan dengan berbagai pihak,” ujarnya, pada Selasa (2/12/2025.
Sistem tersebut telah berjalan lama dengan struktur yang mapan, mulai dari menu yang disusun ahli gizi, dapur mandiri, pegawai khusus, hingga edukasi porsi makan sesuai kemampuan siswa. “Ini sudah menjadi bagian dari pendidikan kami, anak diajari mengambil makanan sesuai porsinya agar tidak berlebihan dan tidak menyisakan makanan,” katanya.
Pertimbangan teknis juga menjadi alasan utama penundaan. Durasi pembelajaran yang panjang dari pagi hingga sore membuat penyisipan jadwal MBG berpotensi mengganggu alur belajar.
“Pertimbangannya gini, durasi pembelajaran kami panjang dan sudah tersistem. Kalau makan pagi, itu bisa mengganggu pembelajaran. Kalau makan siang, kami sudah punya sistem sendiri,” jelas Johan.
Pihak yayasan turut mencermati dinamika distribusi MBG di berbagai daerah, yang menurut mereka perlu dipastikan agar tidak menimbulkan kendala di lapangan. “Kami ingin tahu sejauh mana pelaksanaan MBG di Kota Kediri secara menyeluruh. Berita-berita dari daerah lain juga menjadi pertimbangan kami dan wali murid,” ungkapnya.
Diskusi intens dilakukan bersama wali murid, komite sekolah, Dinas Pendidikan, dan tim penyelenggara MBG sebelum keputusan dibuat. Hasilnya, seluruh pihak sepakat untuk menunda sementara pelaksanaan program hingga ada kejelasan teknis yang lebih matang.
“Kami sepakat untuk saat ini belum menerima, bukan menolak. Kita pending dulu sejauh mana pelaksanaannya,” tegas Johan.
Dengan lebih dari 800 siswa SD dan sekitar 250 siswa SMP, yayasan memastikan sistem Pendidikan Makan yang ada saat ini sangat stabil dan didukung penuh oleh orang tua. Menu harian pun dibagikan secara rutin sebagai bentuk transparansi. “Menu kami berganti setiap hari dan sudah kami informasikan sejak awal kepada wali murid,” jelasnya.
Meski menunda, Taman Pendidikan Rahmat tetap memberikan apresiasi penuh serta membuka peluang sinergi dengan program Presiden Prabowo di masa depan. Tantangannya adalah mencari titik temu tanpa mengubah ritme belajar yang sudah tertata rapi.
“Kalaupun nanti bersinergi, sejauh apa bentuknya? Karena kalau kami merubah sistem dan itu berimplikasi pada pola belajar anak, itu yang kami khawatirkan,” katanya.
Yayasan menegaskan tetap menjalankan sistem Pendidikan Makan yang telah melekat sejak awal berdiri, sembari berharap pemerintah memberi fleksibilitas bagi sekolah untuk menyesuaikan teknis pelaksanaan MBG agar tujuan peningkatan gizi anak tetap tercapai tanpa mengurangi kualitas pembelajaran. ***
Reporter: Inggar Tania Laurina

