Close Menu
tahukediri.idtahukediri.id
    What's Hot

    Sowan ke Pondok Lirboyo Kediri, Chairul Tanjung Minta Maaf atas Tayangan “Xpose Uncensored”

    23 Oktober 2025 - 19:17

    Ledakan Keras Gegerkan Warga Mojoroto Kediri, Ternyata Berasal dari Ini

    23 Oktober 2025 - 18:23

    Ambulans RSUD SLG Kediri Kecelakaan di Tol Jombang – Mojokerto Saat Bawa Pasien Rujukan ke Surabaya

    23 Oktober 2025 - 06:51
    Facebook X (Twitter) Instagram
    tahukediri.id
    • Beranda
    • News
    • Travel
      • Wisata
      • Kuliner
      • Seni & Budaya
    • Multimedia
      • Foto
      • Video
    • Tentang Kami
    • Kontak
    • Arsip
    Facebook X (Twitter) Instagram
    tahukediri.idtahukediri.id
    Home»Seni dan Budaya»Ungu dan Tenun Ikat: Makna Filosofis di Balik Pakaian Khas Kota Kediri yang Diluncurkan Mbak Wali

    Ungu dan Tenun Ikat: Makna Filosofis di Balik Pakaian Khas Kota Kediri yang Diluncurkan Mbak Wali

    Seni dan Budaya 27 Mei 2025 - 22:02
    WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Pinterest Email
    Wali Kota Kediri Vinanda dan wakilnya Gus Qowim mengenakan pakaian khas berwarna ungu dan dari tenun ikat.
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Kediri (tahukediri.id) – Warna ungu yang mencolok tampak membalut tubuh Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati dan Wakil Wali Kota KH Qowimuddin Thoha saat mereka melangkah mantap dalam sebuah acara peluncuran yang sarat makna.

    Di tengah program kerja 100 hari pertamanya, Mbak Wali, sapaan akrab Vinanda Prameswati memperkenalkan pakaian khas Kota Kediri sebagai simbol identitas, sejarah, sekaligus penggerak ekonomi lokal.

    Busana daerah tersebut tak hanya menampilkan kekayaan visual berupa motif tenun ikat, tetapi juga menggambarkan kedalaman filosofi dari sebuah kota yang berdiri di antara dua gunung dan dialiri Sungai Brantas.

    Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Kediri, Zachri Ahmad, menegaskan bahwa peluncuran ini merupakan langkah nyata pelestarian warisan budaya tak benda Indonesia.

    “Filosofinya pakaian khas ini adalah kita selaku pemerintah melakukan pengembangan terhadap warisan budaya tak benda. Tenun ikat ini merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang sudah ditetapkan oleh Menristekdikti Tahun 2022. Sehingga kita kembangkan,” ungkap Zachri.

    Motif tirto dan motif telur ceplok menjadi dua elemen utama dalam desain pakaian tersebut. Tirto melambangkan unsur air, sedangkan telur ceplok merepresentasikan kekayaan pola tradisional masyarakat. Keduanya dipilih tidak sembarangan, melainkan hasil riset mendalam bersama akademisi sejarah dan pelestari budaya lokal.

    Pemilihan warna ungu pun bukan tanpa alasan. Dalam Kidung Harsawijaya, warna ini disebut sebagai warna pilihan para raja Kediri pada masa lalu. Kini, ungu menjadi benang merah yang menghubungkan masa kejayaan sejarah dengan semangat modernitas dalam wujud pakaian khas.

    “Sisi lain pengembangan warisan budaya ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi para pengrajin. Penjahit di Kota Kediri, terus para pelaku usaha pengrajin udeng di Kediri,” lanjut Zachri.

    Semua proses pembuatan dilakukan oleh masyarakat Kediri, mulai dari pencarian bahan baku hingga proses menjahit. Hal ini menjadi bukti bahwa inisiatif pelestarian budaya tidak berjalan sendiri, tetapi sekaligus menghidupkan roda perekonomian lokal.

    Tak kalah menarik, bagian udeng alias ikat kepala khas, dalam pakaian ini membawa simbol geografis yang kuat. Dua gundukan pada udeng menggambarkan posisi Kota Kediri yang berada di antara Gunung Kelud dan Gunung Wilis, dengan Sungai Brantas yang mengalir membelah kota.

    Wilayah Bandar Kidul, yang telah lama dikenal sebagai sentra tenun ikat, kembali menjadi sorotan. Belasan perajin aktif di sana terus memproduksi kain tenun berkualitas tinggi yang telah dikenal hingga ke pasar internasional, menjadikan Kediri tidak hanya berbicara soal sejarah dan budaya, tapi juga soal kreativitas dan daya saing ekonomi. ***

    Kota Kediri Makna Filosofis Pakaian Khas
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticlePetani Kediri Kirim Cabai ke Surabaya, Mas Dhito Pastikan Pasar Aman lewat Kerja Sama Antar Daerah
    Next Article ATM Beras Kediri Tuai Pujian Danrem: Terobosan Mbak Wali Dinilai Realisasikan Program Presiden

    Info Lainnya

    Golkar Kota Kediri Peringati HUT ke-61 dengan Doa dan Tabur Bunga di Taman Makam Pahlawan

    20 Oktober 2025 - 19:22

    Resmikan SPPG Ngampel, Gus Qowim : Kediri Target Nol Stunting Dukung Program MBG Presiden

    2 Oktober 2025 - 15:54

    Kediri Jadi Rujukan Nasional: Bongkar Rahasia Pengelolaan DBHCHT yang Efektif dan Transparan

    2 Oktober 2025 - 15:47

    7.900 Kasus Pernikahan Tak Tercatat di Kediri Jadi Sorotan, Dispendukcapil Gandeng Lintas Sektor

    2 Oktober 2025 - 15:38

    Parade Sepeda Hias dan Fun Bike Meriahkan Kota Kediri, Diikuti 24 Grup Peserta

    28 September 2025 - 09:09

    Musda XI Partai Golkar Kota Kediri, Ketua DPD Jatim Berharap Ini

    27 September 2025 - 06:40
    Leave A Reply Cancel Reply

    banner

    Info Menarik!

    Sowan ke Pondok Lirboyo Kediri, Chairul Tanjung Minta Maaf atas Tayangan “Xpose Uncensored”

    23 Oktober 2025 - 19:17

    Ledakan Keras Gegerkan Warga Mojoroto Kediri, Ternyata Berasal dari Ini

    23 Oktober 2025 - 18:23

    Ambulans RSUD SLG Kediri Kecelakaan di Tol Jombang – Mojokerto Saat Bawa Pasien Rujukan ke Surabaya

    23 Oktober 2025 - 06:51

    Kejari Kabupaten Kediri Banding atas Vonis 3 Tahun Terdakwa Korupsi Jual Beli Tanah PTPN X

    22 Oktober 2025 - 18:23

    Bupati Kediri Janjikan Lanjutkan Insentif Guru Madin di Momen Hari Santri Nasional 2025

    22 Oktober 2025 - 15:07
    © 2025 TahuKediri.ID | serba tahu soal Kediri

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.