Close Menu
tahukediri.idtahukediri.id
    What's Hot

    Jelang Natal 2025, Gereja Puhsarang Kediri Jadi Magnet Peziarah dan Pusat Pengharapan Umat

    13 Desember 2025 - 17:02

    Jelang Nataru, Polres Kediri Razia Tempat Hiburan Malam, Tes Urine Massal hingga Amankan Miras

    13 Desember 2025 - 16:57

    Adiwiyata dan Kelurahan Berseri Warnai Peringatan Hari Menanam Pohon di Kota Kediri

    12 Desember 2025 - 18:31
    Facebook X (Twitter) Instagram
    tahukediri.id
    • Beranda
    • News
    • Travel
      • Wisata
      • Kuliner
      • Seni & Budaya
    • Multimedia
      • Foto
      • Video
    • Tentang Kami
    • Kontak
    • Arsip
    Facebook X (Twitter) Instagram
    tahukediri.idtahukediri.id
    Home»Seni dan Budaya»Ungu dan Tenun Ikat: Makna Filosofis di Balik Pakaian Khas Kota Kediri yang Diluncurkan Mbak Wali

    Ungu dan Tenun Ikat: Makna Filosofis di Balik Pakaian Khas Kota Kediri yang Diluncurkan Mbak Wali

    Seni dan Budaya 27 Mei 2025 - 22:02
    WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Pinterest Email
    Wali Kota Kediri Vinanda dan wakilnya Gus Qowim mengenakan pakaian khas berwarna ungu dan dari tenun ikat.
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Kediri (tahukediri.id) – Warna ungu yang mencolok tampak membalut tubuh Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati dan Wakil Wali Kota KH Qowimuddin Thoha saat mereka melangkah mantap dalam sebuah acara peluncuran yang sarat makna.

    Di tengah program kerja 100 hari pertamanya, Mbak Wali, sapaan akrab Vinanda Prameswati memperkenalkan pakaian khas Kota Kediri sebagai simbol identitas, sejarah, sekaligus penggerak ekonomi lokal.

    Busana daerah tersebut tak hanya menampilkan kekayaan visual berupa motif tenun ikat, tetapi juga menggambarkan kedalaman filosofi dari sebuah kota yang berdiri di antara dua gunung dan dialiri Sungai Brantas.

    Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Kediri, Zachri Ahmad, menegaskan bahwa peluncuran ini merupakan langkah nyata pelestarian warisan budaya tak benda Indonesia.

    “Filosofinya pakaian khas ini adalah kita selaku pemerintah melakukan pengembangan terhadap warisan budaya tak benda. Tenun ikat ini merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang sudah ditetapkan oleh Menristekdikti Tahun 2022. Sehingga kita kembangkan,” ungkap Zachri.

    Motif tirto dan motif telur ceplok menjadi dua elemen utama dalam desain pakaian tersebut. Tirto melambangkan unsur air, sedangkan telur ceplok merepresentasikan kekayaan pola tradisional masyarakat. Keduanya dipilih tidak sembarangan, melainkan hasil riset mendalam bersama akademisi sejarah dan pelestari budaya lokal.

    Pemilihan warna ungu pun bukan tanpa alasan. Dalam Kidung Harsawijaya, warna ini disebut sebagai warna pilihan para raja Kediri pada masa lalu. Kini, ungu menjadi benang merah yang menghubungkan masa kejayaan sejarah dengan semangat modernitas dalam wujud pakaian khas.

    “Sisi lain pengembangan warisan budaya ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi para pengrajin. Penjahit di Kota Kediri, terus para pelaku usaha pengrajin udeng di Kediri,” lanjut Zachri.

    Semua proses pembuatan dilakukan oleh masyarakat Kediri, mulai dari pencarian bahan baku hingga proses menjahit. Hal ini menjadi bukti bahwa inisiatif pelestarian budaya tidak berjalan sendiri, tetapi sekaligus menghidupkan roda perekonomian lokal.

    Tak kalah menarik, bagian udeng alias ikat kepala khas, dalam pakaian ini membawa simbol geografis yang kuat. Dua gundukan pada udeng menggambarkan posisi Kota Kediri yang berada di antara Gunung Kelud dan Gunung Wilis, dengan Sungai Brantas yang mengalir membelah kota.

    Wilayah Bandar Kidul, yang telah lama dikenal sebagai sentra tenun ikat, kembali menjadi sorotan. Belasan perajin aktif di sana terus memproduksi kain tenun berkualitas tinggi yang telah dikenal hingga ke pasar internasional, menjadikan Kediri tidak hanya berbicara soal sejarah dan budaya, tapi juga soal kreativitas dan daya saing ekonomi. ***

    Kota Kediri Makna Filosofis Pakaian Khas
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticlePetani Kediri Kirim Cabai ke Surabaya, Mas Dhito Pastikan Pasar Aman lewat Kerja Sama Antar Daerah
    Next Article ATM Beras Kediri Tuai Pujian Danrem: Terobosan Mbak Wali Dinilai Realisasikan Program Presiden

    Info Lainnya

    7 Tahun Vakum, Napak Tilas Jenderal Soedirman Kediri – Bajulan Kembali Digelar

    12 Desember 2025 - 17:14

    Dhoho International Airport Perkuat Daya Saing Investasi Kota Kediri

    11 Desember 2025 - 18:54

    Pemkot Kediri Bangun Kepedulian Generasi Muda Terhadap Warisan Budaya

    11 Desember 2025 - 18:47

    Abah Bagi Resmi Nahkodai DPD PAN Kota Kediri, Fokus Perkuat Kursi DPRD dan Penjaringan Calon Kepala Daerah

    5 Desember 2025 - 17:30

    Kota Kediri Gelar Jambore Go Green 2025 untuk Edukasi Iklim bagi Remaja Masjid

    30 November 2025 - 14:11

    Lomba Bertutur 2025 di Kota Kediri Hidupkan Kembali Cerita Rakyat dan Kearifan Lokal

    29 November 2025 - 14:39
    Leave A Reply Cancel Reply

    banner

    Info Menarik!

    Jelang Natal 2025, Gereja Puhsarang Kediri Jadi Magnet Peziarah dan Pusat Pengharapan Umat

    13 Desember 2025 - 17:02

    Jelang Nataru, Polres Kediri Razia Tempat Hiburan Malam, Tes Urine Massal hingga Amankan Miras

    13 Desember 2025 - 16:57

    Adiwiyata dan Kelurahan Berseri Warnai Peringatan Hari Menanam Pohon di Kota Kediri

    12 Desember 2025 - 18:31

    Atlet Kediri Rendy Varera Sanjaya Borong Emas dan Perak di SEA Games 2025

    12 Desember 2025 - 18:26

    Urban Farming Culture Fest, Cara Karang Taruna Kediri Gaet Pemuda Kembali ke Pertanian Modern

    12 Desember 2025 - 18:22
    © 2025 TahuKediri.ID | serba tahu soal Kediri

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.