Kediri (tahukediri.id) – Fragmen arca Kepala Ganesha yang hilang saat kerusuhan 30 Agustus 2025 telah dikembalikan, pada Kamis (4/9/2025) sore.
Benda bernilai sejarah tinggi tersebut dikembalikan oleh dua orang siswa dari SMKN 1 Ngasem. Mereka adalah Salman Al Farisi (16) Ahmad Rifqi Fakhrudin (17).
Kedua siswa kelas 2 SMK tersebut tanpa sengaja menemukan Kepala Ganesha di parkiran sekolah tepatnya dekat sawah ketika akan masuk sekolah.
“Saya kan berangkat ke sekolah itu pukul setengah enam, setengah enam lebih. Dan saya sampai disana itu pukul 5.45, enam kurang seperempat. Dan waktu masuk parkiran, waktu teman saya ini jagang sepeda motor, itu kok ada batu yang dilihat itu gak biasa, ada corak-coraknya, motif pengukurannya, yang presisi gitu,” kata Salman.
Namun, lanjutnya dirinya masih belum yakin akan benda temuannya adalah arca Kepala Ganesha yang hilang, hingga mereka mencari tahu dan mengkonfirmasi pada ibu Rifqi yang kebetulan merupakan pegawai pemerintah Kabupaten Kediri.
“Saya kembali ke sekolah memastikan bahwa bentuknya Ganesha itu ada. Dan setelah di sekolah, di parkiran saya ambil, ternyata benar bentuknya Ganesha yang ada di informasi TikTok itu tadi. Terus saya langsung konfirmasi ke ibu saya yang kebetulan bekerja disini,” imbuh Rifqi.
Menurutnya, sebelumnya arca Kepala Ganesha tersebut belum ada di parkiran dan saat ditemukan tampak seperti bekas lemparan.
“Saya berangkat sekolah kemarin pagi itu belum ada, pulang sekolah itu belum ada. Mungkin tadi malam. Soalnya itu seperti berdebu, terus bekas lemparan,” ujar Salman.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri Mustika Prayitno Adi yag menerima arca Kepala Ganesha tersebut merasa senang dan sangat mengapresiasi dua remaja tersebut yang telah mengembalikannya dalam keadaan baik.
“Memang adik-adik ini punya sifat yang baik untuk mengembalikan. Ada niat baik, ikat baiknya, karena panggilan, panggilan besar hatinya dia mau mengantarkannya ke sini,” terangnya.
Mustika melanjutkan, arca Kepala Ganesha tersebut akan diamankan ke tempat yang lebih aman mengingat museum Bagawanta Bhari sendiri masih rawan.
“Sementara kita amankan dulu ya, karena lokasi disini tidak mungkin kan, karena kaca-kacanya pecah dan lain-lain, karena itu sifatnya portable, jadi kalau tetap disini saya kira amat rawan,” tandasnya. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti