Kediri (tahukediri.id) – Sosialisasi tentang pengembangan infrastruktur yang berbasis pada prinsip-prinsip berkelanjutan dan berkeadilan berlangsung di Fave Hotel Kediri pada Minggu sore. Acara ini dihadiri oleh Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Fraksi Partai NasDem, Khusnul Arif, serta dua narasumber, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) Imam Mubarok, dan Ketua PWI Kediri Raya Bambang Iswayoedi.
Moderator acara adalah Ayu Citra dari RRI. Sedangkan peserta yang hadir terdiri dari kalangan jurnalis, organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, BEM, serta mahasiswa.
Khusnul Arif, S.Sos., Wakil Ketua Komisi D DPRD Provinsi Jawa Timur, mengungkapkan bahwa pembangunan infrastruktur berkelanjutan perlu menjadi perhatian bersama.
“Secara umum, kebetulan ini tahun memulai kepemimpinan periode yang baru. Saat ini seluruh pemerintah daerah, kota kabupaten dan provinsi, dalam waktu dekat membahas RPJMD. RPJMD ini menjadi bagian dari visi misi gubernur terpilih, maupun walikota dan bupati terpilih. Nanti akan kelihatan, arah pembangunan selama 5 tahun ke depan itu seperti apa, termasuk di dalamnya infrastruktur,” ujarnya.
Di Kabupaten Kediri, Khusnul melihat pentingnya pembangunan yang berkelanjutan, dengan memperhatikan dampak untuk generasi mendatang. “Artinya apa, tadi sudah disampaikan oleh pamateri, dua narasumber kita, bahwa ketika berbicara membangun ini, tidak untuk saat ini, tetapi bagaimana pembangunan ini berimpek juga, bermanfaat juga untuk generasi kita mendatang,” lanjutnya.
Ia juga menekankan pentingnya infrastruktur yang mampu mengantisipasi bencana seperti banjir, yang sudah terjadi di Plosoklaten.
Sementara itu, Imam Mubarok (Gus Barok) dari Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri menyoroti pentingnya pembangunan yang tidak tergesa-gesa.
“Pembangunan berkelanjutan, kenapa dulu bangunan-bangunan kolonial bisa lama, sekarang kok tidak. Ini perlu dicermai, bahwa banyak hal yang harus kita pahami bahwa, keseimbangan diantaranya adalah bagaimana menentukan projek itu sematang mungkin, tidak tergesa-gesa,” ujarnya.
Gus Barok memberikan contoh pembangunan gorong-gorong yang dibuat oleh Belanda yang bisa bertahan ratusan tahun, sementara gorong-gorong di Indonesia hanya bertahan maksimal lima tahun.
Jurnalis senior Kediri itu juga menekankan pentingnya studi Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sebelum memulai pembangunan.
“Untuk Amdal itu, harus dipikirkan lebih dahulu sebelum pembangunan. Seperti kemarin, kasus di Jawa Barat, Gubernur sampai marah-marah, karena pembangunan yang di luar nalar,” kata Gus Barok.
Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kolaborasi antara pemerintah daerah, jurnalis, dan masyarakat dalam pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan dan bermanfaat untuk masyarakat luas. ***