Kediri (tahukediri.id) – Penelitian arkeologis di Situs Candi Adan-Adan, Kabupaten Kediri, mengungkap temuan mengejutkan berupa makara terbesar dan tertinggi yang pernah ditemukan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) sejak tahun 2016 hingga tahap ketiga pada 2018.
Arkeolog Puslit Arkenas, Sukawati Susetyo, mengungkapkan bahwa penelitian bermula dari informasi mengenai sepasang makara yang terlihat di permukaan tanah setinggi 30 cm.
“Penelitian di candi Adan-Adan dimulai tahun 2016 sampai tahap ketiga, bermula dari informasi sepasang makara yang berada di atas permukaan tanah setinggi 30 cm. Kemudian kami melakukan penggalian, dan nampaknya itu dalam sekali sampai 3 meter dengan tinggi makara 2,3 meter, sejauh ini makara tertinggi yang kita temukan di Indonesia,” ungkapnya.
Keunikan makara ini bukan hanya dari ukurannya, namun juga dari sisi artistiknya.
“Uniknya dari makara ini adalah selain terbesar, dia juga memiliki ukiran yang detil dan berbeda, keindahannya dengan yang ada di Jogjakarta dan juga makara dari zaman Majapahit. Arah hadap dari makara ini ke barat laut, dengan demikian dapat kita asumsikan Candi Adan-Adan menghadap ke barat laut,” tambahnya.
Penelitian juga mengungkap keberadaan arca Dwarapala yang tak kalah unik.
“Temuan menarik selanjutnya adalah arca Dwarapala, ada di sebelah utara dari makara. Ukurannya 2 meter dengan posisi berdiri. Ini merupakan hal yang unik, karena biasanya Dwarapala jengkeng. Selain itu, pengarcaannya juga unik berbeda dari Dwarapala yang lain,” jelasnya.
Setelah dilakukan penggalian untuk mencari pasangan arca tersebut, ditemukan bahwa arca pasangannya kini berada di Museum Airlangga Kediri.
“Lalu kami mencari pasangan dari arca ini dengan menggali ke selatan, ternyata kosong. Hal ini sesuai dengan informasi yang didapatkan di dalam catatan Belanda, bahwa pada waktu itu terdapat temuan dari Candi Adan-Adan yang disimpan di alun-alun di Kabupaten Kediri. Saat ini arca tersebut disimpan di Museum Airlangga Kediri. Berdasarkan ukuran dan pengarcaannya sesuai bahwa arca di Museum Kediri dan yang ada di Candi Adan-Adan itu sama dan memang itu pasangannya,” bebernya.
Penelitian juga menemukan sejumlah artefak lain seperti makara kecil, kepala kala unfinished, dan komponen arsitektur candi lainnya.
“Temuan-temuan lain yang tidak di situ, artinya sudah berpindah di tempat aslinya ada tiga makara dengan ukuran 60 cm, kemudian ada fragmen kemuncak dan ada tiga buah kepala kala yang unfinish, artinya masih berbentuk pola, bentuknya setengah lingkaran, ada matanya, hidungnya dan giginya, tetapi itu belum dipasang di tempat aslinya,” terusnya.

“Barang kali akan dihias setelah makara ini dipasang di tempatnya. Tetapi tampaknya candi ini belum selesai dibuat, jadi kalanya belum selesai. Selain itu juga ditemukan batu candi, yaitu lintel atau ambang bawah candi, kemudian profil candi yang berbias padma dan juga kala sudut,” jelasnya.
Upaya pemetaan denah candi juga telah dilakukan, meskipun belum lengkap.
“Pada penggalian tahun 2018 atau terakhir, kami mencoba mencari denah dengan membuat kotak gali di sebelah timur makara itu. Di kedalaman 3 meter, ditemukan struktur barat daya dari Candi Adan-Adan. Kemudian kita buat ke arah utara, di situ ditemukan sudut barat laut. Mengenai denah secara lengkap belum diketahui,” ungkapnya.
Struktur bangunan Candi Adan-Adan diperkirakan mencakup pondasi hingga bagian atap, meski tidak semuanya utuh.
“Hingga akhir penelitian 2018, meskipun sudah tercerai berai, memang berdasarkan unsur-unsur bangunan ada dan dipadukan unsur di situ, kita bisa mengetahui Candi Adan-Adan terdiri pondasi, bagian dasar, bagian kaki candi, bagian tubuh candi diketahui dari kepala kala yang unfinish. Lalu profil candi yang berbias padma, ini biasanya terletak di antara kaki dan tubuh candi. Selain itu, juga ditemukan kemuncak, mungkin candi ini dulu ada atapnya,” imbuhnya.
Dari kajian geologi, batuan yang digunakan dalam konstruksi candi ini berasal dari sekitar lokasi.
“Dari studi geologi, batu-batu andesit yang dipakai diambil dari sekitar lokasi saja. Meskipun itu adalah berasal dari batu vulkanik dari Gunung Kelud,” terusnya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembangunan candi ini kemungkinan besar terhenti akibat bencana alam.
“Situs Candi Adan-Adan merupakan situs yang belum selesai sudah ditinggalkan oleh penduduknya karena letusan Gunung Api Kelud. Hal ini berdasarkan dari stratigrafi dari kotak-kotak eskavasi,” pungkasnya. ***
Sumber : Puslit Arkenas