Kediri (tahukediri.id) – Di tengah pesatnya pertumbuhan layanan ojek online, kisah berbeda justru hadir dari Terminal Pare, Kabupaten Kediri. Para tukang ojek pengkolan di lokasi ini tetap bertahan, meski pendapatan tak menentu dan persaingan makin ketat. Keberadaan mereka tak lantas tergeser, meskipun kerap menghadapi pelanggaran batas jemput yang dilakukan oleh ojek berbasis aplikasi.
Sejak lama, telah disepakati titik batas penjemputan untuk ojek online: di sebelah utara Masjid Al Amin dan di sebelah selatan Pabrik Bisi. Aturan itu dituangkan secara resmi dan disepakati kedua pihak. Pelanggar bahkan bisa dikenai denda administratif sebesar Rp25.000. Namun kenyataannya, pelanggaran masih saja terjadi.
“Banyak yang melanggar, yang melanggar ojek online itu sering melanggar padahal sudah diberi peraturan kalau melanggar itu sanksinya Rp25.000. Tapi kenapa masih ada yang melanggar aja,” kata Pak Di, salah satu ojek pengkolan yang mangkal di Terminal Pare, Senin (7/7/2025).
Saat menemukan pelanggaran, Pak Di lebih memilih menyelesaikan secara personal, tanpa menimbulkan keributan.
“Jadi saya kasih tahu, disiplin lah pengambilan itu dimana titik pengambilan itu dimana. Jangan sampe rame,” terangnya.
Keputusan bertahan menjadi ojek pengkolan tak semata-mata karena alasan ekonomi. Sejak 2005, mereka tergabung dalam Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) yang dibentuk langsung oleh Polres Kabupaten Kediri. Forum ini menjadi wadah solidaritas dan pelindung eksistensi mereka di tengah persaingan digital.
“Saya disuruh ojek online saya ndak mau, saya menikmati pelayanan ini saja,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan Samsul, sesama tukang ojek di Terminal Pare. Meski hasil dari mengojek tak lagi sebesar dulu dan kini hanya menjadi pekerjaan sampingan, ia memilih bertahan karena merasa nyaman dengan keberadaan paguyuban yang solid.
“Saya tetap milih disini mbak, karena disini sudah ada paguyubannya mbak,” katanya.
Ciri khas ojek pengkolan di Terminal Pare adalah rompi biru yang mereka kenakan. Hingga kini, tercatat sekitar 30 ojek masih aktif beroperasi di terminal ini, menjadi saksi keteguhan mereka menjaga ruang di tengah gelombang digitalisasi transportasi. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti