Close Menu
tahukediri.idtahukediri.id
    What's Hot

    Kisah Pilu Agus dan Lika-Liku Badut Jalanan di Pare, Kediri

    28 Oktober 2025 - 10:14

    Aura Ramadhani: dari Jujitsu Kini Bintang Sambo Kabupaten Kediri

    28 Oktober 2025 - 06:34

    DPD Partai Golkar Kabupaten Kediri Resmikan “Rumah Aspirasi Rakyat” untuk Tampung Suara Masyarakat

    25 Oktober 2025 - 14:33
    Facebook X (Twitter) Instagram
    tahukediri.id
    • Beranda
    • News
    • Travel
      • Wisata
      • Kuliner
      • Seni & Budaya
    • Multimedia
      • Foto
      • Video
    • Tentang Kami
    • Kontak
    • Arsip
    Facebook X (Twitter) Instagram
    tahukediri.idtahukediri.id
    Home»News»Kisah Pilu Agus dan Lika-Liku Badut Jalanan di Pare, Kediri

    Kisah Pilu Agus dan Lika-Liku Badut Jalanan di Pare, Kediri

    News 28 Oktober 2025 - 10:14
    WhatsApp Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Pinterest Email
    Agus, abang becak di Pare Kediri yang memilih menjadi badut jalanan. [Nanik/tahukediri.id]
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Kediri (tahukediri.id) – Di balik senyum topeng dan kostum warna-warni, tersimpan cerita pilu para badut jalanan yang membanjiri sudut lampu merah di Kediri. Mereka adalah potret nyata dari persinggungan antara tradisi dan modernitas, antara bertahan hidup dan tergusur zaman.

    Salah satunya adalah Agus. Pria 40 tahun ini dengan lugas bercerita tentang transisi pahit dalam hidupnya: dari tukang becak menjadi badut jalanan di daerah Pare. Profesinya yang lama perlahan tak lagi mampu menyambung hidup, kalah bersaing dengan derasnya arus transportasi online.

    “Kira-kira tahun 80-an lah saya sudah mangkal (tukang becak) di sini. Ternyata sekarang ada Gojek, Grab gituh lah, kan kalah saingan tuh, terus akhirnya pindah ke jadi Badut sini,” ujarnya, menggambarkan sebuah titik balik yang dipaksa oleh keadaan.

    Dalam perjuangannya, Agus tidak sendirian. Ia menemukan semacam sistem pendukung dalam bentuk komunitas. Komunitas inilah yang mengatur ritme kerja harian mereka dan berfungsi sebagai sistem peringatan dini.

    “Ketua nya itu cuman ini, mengkoordinasi jam segini sampai jam segini. Iya, ngasih saran, gitu tadi, nanti ada apa (penertiban dari Satpol PP). Dari atasan enggak boleh ngamen ya, disuruh minggir semua,” terangnya.

    Menurut Agus, di wilayah Pare saja terdapat 12 badut jalanan yang tersebar, sebuah komunitas kecil yang lahir dari kesamaan nasib. Latar belakang mereka beragam, mencerminkan luasnya spektrum orang yang terdampak oleh perubahan ekonomi.

    “Macam-macam (latar belakangnya), tukang batu juga ada, lulusan SMA, masih muda juga ada. Paling muda, ini di bawah saya kira-kira ya baru nikah kemarin. Umur 20-an kira-kira, 19 sudah nikah,” imbuhnya.

    Potret ini menunjukkan bahwa fenomena badut jalanan bukan sekadar pilihan, melainkan sering kali menjadi jalur pengangguran terselubung bagi berbagai lapisan masyarakat.

    Namun, kehidupan di jalanan penuh dengan ketidakpastian dan risiko. Razia Satpol PP adalah ancaman harian. Agus berbagi pengalaman pahitnya saat sekali kali diamankan.

    “Pernah (diamankan). Iya, dikasih saran-saran tok. Habis itu didiamkan, nggak diantar pulang. Pulang sendiri-sendiri. Waktu itu untung masih ada uang ngumpul Rp15.000, eh Rp12.000, jadi ya ikut truk-truk itu,” kenangnya, menggambarkan betapa rapuhnya posisi mereka.

    Musim juga mempengaruhi geliat pekerjaan mereka. Menurut Agus, tekanan ekonomi menjelang hari-hari besar justru memperbanyak jumlah pemain.

    “Kalau dilihat biasanya yang menghadapi lebaran atau puasa, itu keluar semua. Pemain lama-lama itu ada,” jelasnya. Ironisnya, di balik seringnya penertiban, mereka merasa hanya dihukum, bukan dibina.

    “Dikasih saran aja, enggak ada pelatihan kerja atau bantuan,” kata Agus, menyiratkan harapan yang tak pernah terpenuhi akan sebuah jalan keluar yang lebih permanen. ***

    Reporter : Nanik Dwi Jayanti

    Badut jatim kediri
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleAura Ramadhani: dari Jujitsu Kini Bintang Sambo Kabupaten Kediri

    Info Lainnya

    DPD Partai Golkar Kabupaten Kediri Resmikan “Rumah Aspirasi Rakyat” untuk Tampung Suara Masyarakat

    25 Oktober 2025 - 14:33

    Wali Kota Kediri Ajak Pesantren Bersinergi Wujudkan Lingkungan Aman dan Bermartabat Bagi Santri

    24 Oktober 2025 - 20:59

    Peringati Hari Santri 2025 : Menteri PPA Ajak Pesantren Bersinergi Cegah Kekerasan Anak

    24 Oktober 2025 - 20:56

    Sowan ke Pondok Lirboyo Kediri, Chairul Tanjung Minta Maaf atas Tayangan “Xpose Uncensored”

    23 Oktober 2025 - 19:17

    Ledakan Keras Gegerkan Warga Mojoroto Kediri, Ternyata Berasal dari Ini

    23 Oktober 2025 - 18:23

    Ambulans RSUD SLG Kediri Kecelakaan di Tol Jombang – Mojokerto Saat Bawa Pasien Rujukan ke Surabaya

    23 Oktober 2025 - 06:51
    Leave A Reply Cancel Reply

    banner

    Info Menarik!

    Kisah Pilu Agus dan Lika-Liku Badut Jalanan di Pare, Kediri

    28 Oktober 2025 - 10:14

    Aura Ramadhani: dari Jujitsu Kini Bintang Sambo Kabupaten Kediri

    28 Oktober 2025 - 06:34

    DPD Partai Golkar Kabupaten Kediri Resmikan “Rumah Aspirasi Rakyat” untuk Tampung Suara Masyarakat

    25 Oktober 2025 - 14:33

    Wali Kota Kediri Ajak Pesantren Bersinergi Wujudkan Lingkungan Aman dan Bermartabat Bagi Santri

    24 Oktober 2025 - 20:59

    Peringati Hari Santri 2025 : Menteri PPA Ajak Pesantren Bersinergi Cegah Kekerasan Anak

    24 Oktober 2025 - 20:56
    © 2025 TahuKediri.ID | serba tahu soal Kediri

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.