Kediri (tahukediri.id) – Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri mulai mengembangkan program penguatan psikososial bagi Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Program ini merupakan strategi jangka panjang untuk mencetak perempuan yang tangguh secara mental, cakap mengambil keputusan, dan mampu berdiri mandiri dalam menghadapi tekanan hidup yang kompleks.
Kepala DP3AP2KB Kota Kediri, dr. Muhammad Fajri Mubasysyir, menjelaskan bahwa beban seorang Perempuan Kepala Keluarga jauh lebih berat dibanding ibu pada umumnya. Mereka tidak hanya memikul tanggung jawab ekonomi, tetapi juga pengasuhan, pendidikan anak, hingga menjaga stabilitas emosi di rumah. Karena itu, pemerintah melihat pentingnya membangun pondasi psikologis sebelum bicara soal pemberdayaan ekonomi.
“PEKKA ini adalah tulang punggung keluarga. Mereka menanggung ekonomi, merawat anak, bahkan ada yang merawat suami yang sedang sakit. Dengan kondisi seperti itu, mereka butuh ruang penguatan mental dan jejaring dukungan agar tidak merasa berjuang sendirian,” ujar Fajri usai peluncuran program di Ruang Joyoboyo, Balai Kota Kediri, pada Senin (24/11).
Program ini diikuti sekitar 100 peserta. Mereka adalah perwakilan dari total hampir 13.000 PEKKA yang tersebar di seluruh kelurahan di Kota Kediri. Pada kegiatan ini, PEKKA menerima materi literasi psikososial, pengelolaan emosi, hingga cara membangun jejaring dukungan sesama ibu kepala keluarga.
Menurut Fajri, program ini juga menjadi pintu awal untuk pemetaan kebutuhan dan potensi peserta, sebagai dasar penyaluran pelatihan lanjutan bersama OPD terkait seperti Dinas Koperasi, Dinas Sosial, dan Disperdagin.
Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, dalam sambutannya menegaskan betapa beratnya peran seorang PEKKA. Ia menggambarkan rutinitas harian yang kerap tidak terlihat: berangkat kerja, menjemput anak sekolah, menghadapi pertengkaran anak karena kelelahan, sekaligus memenuhi kebutuhan rumah tangga tanpa jeda.
“Kadang pulang kerja pengennya istirahat, tapi di rumah anak bertengkar, bayi menangis, harus masak, harus menyelesaikan semuanya. Di situ mental ibu diuji. Dari sini saya melihat, ibu-ibu PEKKA adalah pahlawan sejati,” ungkapnya.
Mbak Wali menekankan bahwa penguatan psikososial diperlukan agar para ibu dapat mengambil keputusan dengan tenang dan tepat. Sebagai kepala keluarga, mereka sering menjadi satu-satunya pihak yang menentukan masa depan anak, keuangan rumah tangga, dan kondisi emosional keluarga.
Ia berharap program ini menjadi ruang aman bagi PEKKA untuk memulihkan diri, saling berbagi pengalaman, dan menemukan dukungan dari komunitas sesama pejuang kehidupan.
Selain aspek mental, pemerintah juga menyiapkan rencana peningkatan kapasitas ekonomi. Data yang dikumpulkan DP3AP2KB akan menjadi dasar pemetaan bakat PEKKA, mulai dari keterampilan memasak, menjahit, hingga kewirausahaan lain yang akan dikolaborasikan dengan dinas-dinas terkait. “Pelatihan dan pemberdayaan nanti kita integrasikan. Harapannya ibu-ibu tidak hanya kuat secara mental, tetapi juga mandiri secara ekonomi,” jelas Fajri.
Pemerintah menegaskan bahwa ekosistem pemberdayaan ini tidak dibuat sebagai program sesaat, tetapi sebagai upaya berkelanjutan yang menjadikan PEKKA bukan hanya bertahan, tetapi berkembang dan memimpin keputusan penting dalam keluarganya. Kegiatan perdana ini menghadirkan koordinator PEKKA dari 46 kelurahan, tetapi menjadi awal dari gerakan besar yang menargetkan seluruh anggota yang berjumlah hampir 13.000 orang.
Dengan hadirnya ruang pemulihan mental, jejaring dukungan, serta rencana pemberdayaan ekonomi, Pemerintah Kota Kediri berharap PEKKA dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, percaya diri, dan mampu mengambil keputusan yang membawa keluarganya menuju masa depan yang lebih baik. ***
Reporter : Inggar Tania Laurina

