Kediri (tahukediri.id) – Keberangkatan jamaah haji asal Kabupaten Kediri sempat mengalami kendala akibat perubahan struktur manifest yang dilakukan oleh pihak Arab Saudi. Jika sebelumnya satu syarikah menaungi semua jamaah, kini menjadi delapan syarikah terpisah, yang berdampak pada perubahan jumlah dan susunan kloter jamaah.
Kondisi ini juga memengaruhi lokasi Miqat. Pada gelombang pertama, Miqat dilakukan dari Bir Ali, sementara untuk kloter berikutnya akan dimulai dari Yalamlam. Meski demikian, Kementerian Agama Kabupaten Kediri menyatakan perubahan ini bukanlah masalah besar.
“Tapi ini tidak menjadi masalah bagi kita yang jelas di jemaah disampaikan karena ini merupakan kebijakan dari Saudi dan visanya memang begini, begitu, sehingga mau tidak mau kita melakukan mitigasi ulang untuk penempatan jamaah di manifes masing-masing,” ujar Kepala Seksi Penyelenggara Haji Kemenag Kabupaten Kediri Abd. Kholid Nawawi kepada reporter tahukediri.id.
Khusus untuk kloter 86 yang berjumlah 36 calon jamaah, akan dilakukan pembinaan ulang terkait teknis Miqat dan pemberangkatan dari Yalamlam. Mereka dijadwalkan akan diberangkatkan pada 26 Mei 2025 mendatang.
Sejauh ini, pemerintah Kabupaten Kediri telah berhasil memberangkatkan 380 jamaah di kloter 5, 380 di kloter 6, serta masing-masing sekitar 62 jamaah di kloter 27 dan 28. Sementara itu, sekitar 200 jamaah lainnya dari kloter 45 dan 46 juga telah diberangkatkan beberapa hari lalu.
“Kita juga masih memiliki 2 jamaah. Kemarin 3 jamaah yang porsinya naik tetapi ada 2 jemaah yang siap berangkat kapan saja, yang satu tidak sanggup berangkat tahun ini,” tambah Kholid.
Terkait kondisi kesehatan jamaah, hingga kini tidak ditemukan masalah serius. Meski sempat ada satu jamaah yang dirawat di rumah sakit, kini telah kembali ke kelompoknya. Untuk satu jamaah asal Gurah yang wafat, pihak Kementerian Agama Kabupaten Kediri telah melakukan takziah, dan hak asuransinya akan diproses sesuai ketentuan dari Kemenag.
Untuk mengantisipasi potensi kendala di lapangan, pihak Kemenag memberdayakan ketua regu atau rombongan yang telah menjalani pembinaan. Hal ini penting mengingat jumlah petugas haji mengalami pengurangan dari tiga menjadi dua orang.
“Pada prinsipnya jemaah disana terkait pelayanan, memang pada awalnya terkendala terkait syarikah, tapi hari-hari ini sudah kondusif sebagaimana awal, sehingga ketua kloter pembimbing itu sudah berkumpul dengan jemaahnya, karena beberapa hari yang lalu terkendala visa yang berbeda syarikah antara jemaah dengan petugasnya,” tandas Kholid. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti