Kediri (tahukediri.id) – Gronjong Wariti, merupakan wisata murah meriah di Kediri yang tak pernah sepi pengunjung terlebih saat hari libur baik nasional maupun akhir pekan.
Waridi, Ketua Wisata Gronjong Wariti menjelaskan bahwa Gronjong Wariti adalah wisata yang dikelola oleh warga Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri dan didukung oleh pemerintah.
Berdiri sejak tahun 2017, sungai kotor peninggalan Belanda tersebut menjelma menjadi tempat wisata yang sukses menarik perhatian masyarakat baik Kediri maupun luar kota Kediri. Bahkan menjadi salah satu Desa Wisata yang paling ramai se-Jawa Timur. Tak tangggung-tanggung setiap bulannya wisata Gronjong Wariti bisa meraup untung hingga 200 juta.
“Gronjong itu dulu kalinya sangat kotor sekali mbak, tahun 2017 kotor sekali dan kita bekerja sama dengan masyarakat untuk membersihkn sungai terbentuklah Desa Wisata yang diberi nama Gronjong Wariti,” terangnya pada Selasa (13/5/2025).
Pak Ndarik melanjutkan, untuk bisa menjadi seramai ini tentu tidak lepas dari peran warga terutama yang menaruh saham pada wisata Kediri tersebut.
“Sistem kami nanam saham di Gronjong Wariti, jadi kita ajak semua masyarakat Mejono untuk menanam saham di Gronjong Wariti supaya semua bisa merasa memiliki mbak,” imbuhnya.

3 Kunci Sukses Grojong Wariti
Marketing
Menurut Pak Ndarik, sapaan akrabnya, kunci sukses wisata Grojong Wariti adalah pada trik marketing yang dijalankannya.
“Kita pake marketing sendiri di Grojong Wariti ini terutama masuke gratis dan di dalam ini tidak boleh memahalkan harga, karena kita sudah sepakat antara kuliner dan wisata itu dilarang memahalkan harga. Kalau memahalkan harga kita keluarkan dari Gronjong Wariti,” jelasnya.
Komunikasi dan Bekerja Sama
Selain marketing, komuniasi dan bekerja sama juga penting dalam membangun sebuah usaha. Usahakan tidak boleh ada yang saling egois semua dibicarakan dalam diskusi.
“Jadi kita usahakan, kita nggak boleh egois setiap bulan kita berkumpul disitu, pembagian SHU sama arisan ibu-ibu, nah kita sharing disitu apa kekurangan kita. Nanti setiap bulan, jadi mesti ada masukan,” katanya.
Menjaga Kearifan Lokal
Disebutkan, Gronjong Wariti ini mempunyai kalender tahunan dimana setiap Ahad Wage melakukan sedekah atau tumpengan, setiap 17 Agustus upacara bendera dan melakukan Grebek Suro saat bulan Suro. Kemudian melakukan istighosah setiap sebulan sekali serta mengenakan adat Jawa setiap minggu pertama.
Pak Ndarik menjelaskan, pendirian wisata Gronjong Wariti bukan hanya sekedar tuntutan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti berunding dengan sesepuh dan para kiai sebagai upaya untuk tetap menjaga kearifan lokal.
“Jadi kita usahakan jangan sampai kita meninggalkan budaya-budaya kami, karena sangat penting sekali bagi kami,” pungkasnya. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti