Kediri (tahukediri.id) – Soto Daging Ringin Budho di Pare, Kabupaten Kediri, tetap eksis sejak pertama kali berdiri pada 1956. Warung soto legendaris ini menjadi pilihan utama masyarakat lokal dan pelancong, berkat cita rasa khas yang tak lekang oleh waktu.
Siapa sangka, warung ini dulunya berjualan di bawah pohon ringin besar dekat Patung Budha, sebelum akhirnya menetap di lokasi sekarang, tepat di belakang pos polisi dan berhadapan langsung dengan patung ikonik di Jalan Thamrin, Pare.
Nama “Ringin Budho” berasal dari lokasi awal mereka berjualan di bawah pohon ringin (beringin) dan dekat patung Budha. Meski lokasi sudah berganti, nama itu tetap melekat kuat dan menjadi penanda sejarah kuliner Pare yang mendalam.

Kini, warung soto ini dikelola oleh Suparmi, menantu dari pendiri generasi ketiga, yang dibantu oleh anaknya, Tintin.
“Dulu ibuk mulai bantu-bantu tahun 1977. Tapi sejak tempat yang lama dibongkar, kami cari kios dan pindah di sini,” jelas Tintin saat ditemui di warung sederhana mereka.
Ciri khas dari Soto Daging Ringin Budho terletak pada kuahnya yang bening namun tetap kaya rasa, dengan kaldu yang menggugah selera. Potongan daging disajikan dalam ukuran besar dan teksturnya empuk. Harga seporsinya pun terjangkau, mulai dari Rp16.000.

Jam operasional warung ini terbagi dua sesi. Pagi hari mulai pukul 06.00 hingga sekitar pukul 10.00 WIB, dan sore hari dari pukul 17.00 hingga 20.00 WIB. Namun, jam tutupnya bisa lebih cepat karena soto sering kali ludes diburu pembeli.
“Kalau nutupnya nggak tentu, Mbak. Kadang jam 9 pagi sudah habis, apalagi pas hari libur atau Lebaran, jam 8 sudah nggak ada,” ujar Tintin sambil tersenyum.
Soto Daging Ringin Budho bukan sekadar tempat makan, tapi juga bagian dari memori kolektif warga Pare yang telah menyatu dalam perjalanan sejarah kota kecil ini. ***
Reporter: Nanik Dwi Jayanti