Kediri (tahukediri.id) – Menyikapi harga daging ayam dan telur yang melambung tinggi, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri memastikan stok untuk kebutuhan masyarakat masih aman.
Diketahui harga daging ayam di pasaran saat ini yakni antara Rp37 ribu hingga Rp38 ribu per kilogramnya. Harga ini lebih tinggi dari sebelumnya yang hanya kisaran Rp30 ribuan. Sementara harga telur saat ini mencapai Rp27 ribu dari biasanya Rp25 ribu.
Kepala DKPP Kabupaten Kediri, Tutik Purwaningsih mengatakan, kenaikan harga ayam di Kabupaten Kediri ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat terlebih di beberapa momen seperti pada agustusan di bulan Agustus, dan Maulid Nabi di bulan September ini. Selain itu, yang membuat harga ayam naik yaitu karena berkurangnya supply dari peternak broiler.
“Itu ada masa panen yang agak mundur memang. Ini efek dari 3 atau 4 bulan yang lalu pada saat harga ayam hidup itu turun, dan teman-teman peternak menahan, tidak segera panen. Akhirnya ada masa panen yang mundur 1 bulan, 1,5 bulan. Dampaknya begitu ada kenaikan permintaan, sementara ketersediaan di pasokan, di produsen itu berkurang, otomatis menaikkan harga,” paparnya saat ditemui usai launching MPP (Mall Pelayanan Publik) Kediri, (24/9/2025).
Meski begitu pihaknya memastikan, hal tersebut tidak akan sampai membuat pasokan daging ayam di Kabupaten Kediri tidak sampai kosong.
“Tapi dari jumlah, dari kapasitas teman-teman peternak, insyaallah tidak ada yang sampai tutup, itu tidak ada. Jadi hanya waktunya yang bergeser panennya, tapi berdampak sekali,” tegasnya
Tutik menambahkan, Kabupaten Kediri masih memiliki pasokan 10 ribu daging ayam. Stok ini terbilang cukup aman untuk memenuhi kebutuhan 1,6 juta penduduk Kabupaten Kediri yakni sekitar 8,1 ton.
Pihaknya juga gencar melakukan Gerakan Pangan Murah, bekerja sama dengan PT. Raja Wali Nusantara Indonesia untuk membantu supply ayam krosen, berkoordinasi dengan inti perusahaan ayam broiler agar kebutuhan daging ayam tidak sampai kosong dan masyarakat tak mendapatkan harga yang terlalu mahal.
“Sementara kalau kebutuhan sekitar 8, sekian. Jadi masih aman sebetulnya kalau kita lihat dari kebutuhan masyarakat kabupaten terdiri,” terangnya.
Sedangkan melambungnya harga telur ayam sendiri, Tutik menjelaskan bahwa hal tersebut selain dikarenakan kebutuhan yang meningkat juga akibat pakan jagung yang mengalami kenaikan, dan musim pancaroba yang dapat mempengaruhi produksi.
Pihaknya berharap bulan Oktober nanti harga pasar sudah mulai stabil, mengingat bulan depan tidak banyak event.
“Tapi apapun yang terjadi di pasar kadang-kadang kan sulit kita prediksi. Tapi kami sudah membuat meraca. Sampai dengan akhir tahun Desember terkait dari Nataru dan lain sebagainya sudah kita antisipasi,” tandasnya. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti