Kediri (tahukediri.id) – Jalan Imam Bonjol, Desa Gedangsewu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri merupakan salah satu jalan utama yang kerap dilalui oleh kendaraan besar mulai dari bus antar kota, truk bermuatan berat, hingga pertamina. Hal tersebut sering kali menyebabkan kerusakan jalan hingga terkenal dengan jalan “Goyang-goyang Papringan” karena banyaknya jalan berlubang dan bergelombang.
Beriel, warga yang tinggal di sekitar jalan rusak tersebut menuturkan, bahwa sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar, jalan tersebut tidak pernah tersentuh perbaikan permanen.
“Sejak saya masih SD, sekitar umur 9 tahun, jalan ini belum pernah diperbaiki. Cuma yang arah timur perempatan itu sama barat bertigaan pasar sapi saja yang kemarin baru diperbaiki, tapi sini enggak. Jadi kalau naik bus dan mau turun di sini, sopir sudah tahu, bilangnya turun di Jalan goyang-goyang Papringan,” ujar Beril pada reporter tahukediri.id, Sabtu (8/11).
Beriel melanjutkan, hal tersebut yang kemudian membuatnya bersama warga lainnya bertanya-tanya mengapa hanya dibagian ujung saja tetapi bagian tengahnya tidak.
“Warga sini juga banyak yang bertanya-tanya, kenapa hanya di ujung saja, dibagian sini enggak. Pikirnya saya dulu pas bagian tebu arah pertigaan pasar sapi itu diperbaiki, disini juga diperbaiki ternyata enggak,” tambahnya.
Untuk diketahui, kerusakan Jalan Imam Bonjol Gedangswu Etan telah diperbaikan tapi hanya arah perempatan lampu merah dan arah pertigaan pasar sapi, sedangkan kerusakan lainnya sekitar 500 meter dari dua arah tersebut masih berlubang dan bergelombang.
Menurut Beril, kondisi jalan yang berlubang dan bergelombang sering kali menyebabkan kecelakaan, terutama saat malam hari atau musim hujan.
“Kalau hujan, airnya kan menggenang, jadi enggak kelihatan lubangnya, jadi jatuh. Pernah ada yang jatuh, bahkan sampai meninggal karena ketabrak truk. Tahun ini saja sudah sering yang jatuh,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan oleh Ketua RT 41/RW 11 Purwantoro, yang mengonfirmasi bahwa jalan tersebut belum pernah diperbaiki secara menyeluruh.
“Belum pernah ada perbaikan permanen, hanya tambal-tambal saja. Paling tiga bulan sudah rusak lagi,” jelasnya.
Purwantoro menambahkan, pihaknya dulu sudah pernah laporan saat status jalan belum diketahui.
“Ya, dulu sudah pernah laporan, cuman jalurnya nih yang masih tanda tanya, gitu. Ini yang saya anggap jalur provinsi, ya. Terus kenyataan baru ini katanya kok kabupaten, gitu,” katanya.
Lebih lanjut Purwantoro mengatakan, selain kerusakan jalan, minimnya lampu penerangan jalan umum (PJU) di kawasan tersebut, juga memperparah risiko kecelakaan.
“Kami sudah lapor soal lampu, tapi katanya disuruh usaha sendiri. Ya, berat juga kalau harus swadaya,” tambahnya.
Warga berharap pemerintah kabupaten segera turun tangan memperbaiki kondisi jalan tersebut.
“Harapannya ini juga bisa diperbaiki, karena risiko juga kalau hujan,” pungkasnya. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti

