Kediri (tahukediri.id) – Suasana Sabtu pagi di kawasan Pecinan Pakelan, Kota Kediri tampak berbeda sejak gelaran Kopi Pagi Pecinan Ngangeni atau Kopinang hadir sebagai rutinitas baru warga Kota Kediri.
Digelar mulai pukul 06.00 hingga 10.00 di sepanjang Jalan Dr. Wahidin, event ini menawarkan pengalaman menyeruput kopi dan menikmati kuliner UMKM dengan atmosfer heritage Tionghoa yang kental, lebih intim dibanding keramaian Car Free Day (CFD) pada umumnya.
Riza, selaku Koordinator Kopinang, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan edisi kedua dan direncanakan akan berlangsung rutin setiap Sabtu. Berawal dari inisiatif komunitas kopi, Kopinang berkembang menjadi pasar tematik yang lebih luas dengan melibatkan UMKM kuliner pilihan.
“Awalnya cuma teman-teman komunitas kopi. Tapi karena kalau ada minuman pasti butuh pendamping, kita gandeng UMKM makanan juga. Sistemnya kurasi, bukan open tenant, supaya booth-nya rapi, produknya aman, dan kualitasnya terjaga,” jelasnya.
Tidak hanya deretan kopi dan makanan, Kopinang juga menyuguhkan pengalaman berbeda melalui kehadiran Mobil Keliling Perpustakaan dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Kediri.
Pengunjung, terutama keluarga dan anak-anak, dapat menikmati bacaan ringan sembari duduk santai di area Pecinan. Selain itu, terdapat pula potong rambut, pembaca tarot serta beberapa tenant unik lain yang membuat suasana Kopinang semakin menarik untuk dijelajahi setiap pekan.
Dengan total 15 booth terpilih, ruang acara terasa lebih tertata, tidak bising, dan tetap nyaman bagi pengunjung yang ingin menikmati pagi tanpa kerumunan berlebihan. Riza menyebut, pihaknya memang sengaja menjaga agar suasana tetap “cozy” dan tidak terlalu crowded.
“Pengalaman minggu pertama cukup ramai, tapi kita memang pengennya yang santai. Biar orang bisa duduk, ngobrol, dan menikmati kopi tanpa kebisingan. Kita juga terus evaluasi, termasuk soal lalu lintas kendaraan warga sekitar,” tambahnya.
Meski berada di jalan lingkungan, kegiatan ini mendapat respons positif dari warga Pakelan. Beberapa pelaku usaha di sekitar lokasi juga bisa menyesuaikan keluar-masuk kendaraan dengan bantuan Karang Taruna dan petugas parkir yang turut mengarahkan arus.
Pemilihan tema Pecinan bukan tanpa alasan. Kelurahan Pakelan merupakan salah satu kawasan dengan dominasi warga Tionghoa dan deretan bangunan tua bergaya oriental yang masih terjaga. Hal ini membuat Kopinang tidak hanya menjadi ruang temu bagi pecinta kopi, tetapi juga medium untuk menghidupkan kembali karakter budaya di kawasan ini.
“Kebetulan di Pakelan banyak bangunan Tionghoa jadul. Jadi cocok kalau dibuat tematik Pecinan. Semoga dari sini kelurahan lain di Kota Kediri bisa bikin event serupa dengan karakter masing-masing, biar kota kita tidak kekurangan event,” ungkap Riza.
Ke depan, Kopinang direncanakan tetap mempertahankan format 15 booth agar tidak mengganggu lingkungan serta menjaga kenyamanan pengunjung. Event ini pun dipusatkan hanya di sepanjang Jalan Dr. Wahidin agar suasana tetap fokus dan tidak meluas ke area permukiman.
Dengan konsep tematik yang rapi, kurasi tenant yang ketat, keberadaan perpustakaan keliling, serta atmosfer heritage Pecinan yang kuat, Kopinang perlahan menjadi alternatif favorit warga untuk menghabiskan Sabtu pagi. Bukan sekadar pasar kopi, tetapi ruang komunitas yang menghadirkan pengalaman baru, lebih hangat, lebih teratur, dan terasa sangat “Kediri”. ***
Reporter : Inggar Tania Laurina

