Kediri (tahukediri.id) – Berbeda dengan tahun kemarin, tahun ini Indonesia menghadapi musim kemarau basah dimana masih ada hujan di dalamnya. Hal ini berdampak pada petani bawang merah dimana hasilnya tidak semaksimal normalnya.
Salah satunya adalah Sugeng Widodo (40), Petani bawang merah di Besowo Timur, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri yang merasa pertumbuhan bawang merahnya menjadi terhambat akibat cuaca yang tidak menentu.
“Seharusnya kemarau tapi ada hujannya jadi menghambat pertumbuhan,” ujarnya, Senin (22/9/2025).
Menurutnya, pertumbuhan dalam 15 hari yang biasanya 15 cm ini menjadi separuhnya. Jika pertumbuhannya tidak berkembang, maka nambah hari untuk perawatannya, artinya biaya perawatannya juga bertambah.
“Umpamanya umurnya 15 hari kan sudah tumbuh. Ini tidak normal, biasanya 15 cm, ini 5 cm,” terangnya.
Meski begitu, Sugeng menilai panen tahun ini lebih banyak, karena rumusnya berubah, yakni yang biasanya satu lubang ditanami satu bibit, kini menjadi dua.
“Hasilnya bertambah, tapi biayanya juga bertambah,” terangnya.
Sementara Kasi Hortikultura Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri Samsul membenarkan kondisi yang terjadi belakangan dimana perubahan cuaca yang cukup drastis dari panas, lalu tiba-tiba hujan itu memang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
“Kita melalui petugas lapang (PPL) terus menyampaikan ke petani untuk tetap mengusahakan budidaya tanaman sehat dan budidaya tanaman sehat ini harus dimulai dari pengkondisian tanah sebagai media tanam yang sehat, seperti pemberian pupuk organic,” jelasnya.
Menurutnya, pupuk organik ini bisa dibuat sendiri dengan memanfaatkan kotoran hewan yang difermentasi, hanya saja terkadang petani ingin yang instan.
“Pupuk organik bisa dibuat sendiri dengan memanfaatkan kotoran hewan yang difermentasi, cuma kadang-kadang petani kurang telaten, ingin yang instan,” terangnya.
Akibat pertumbuhan bawang merah yang terhambat tersebut harga bawang merah menjadi naik dari petani yakni Rp14 ribu per kg, sedangkan harga normalnya Rp10 ribu. ***
Reporter : Nanik Dwi Jayanti